Catatan : Cerita ini sudah pernah dimuat di Kompas, 9 Maret 2014
Dahulu kala, ular mempunyai sepasang kaki disebelah kanan dan kiri. Kaki ular adalah kaki paling indah sedunia, sama indahnya dengan kaki burung unta. Sayangnya, keindahan kaki yang dimiliki ular membuatnya sombong. Dia tidak mensyukuri kakinya yang indah tetapi malah menggunakannya untuk mengganggu hewan lain. Dia suka menendang katak kecil dan menginjak buntut tikus.
Dahulu kala, ular mempunyai sepasang kaki disebelah kanan dan kiri. Kaki ular adalah kaki paling indah sedunia, sama indahnya dengan kaki burung unta. Sayangnya, keindahan kaki yang dimiliki ular membuatnya sombong. Dia tidak mensyukuri kakinya yang indah tetapi malah menggunakannya untuk mengganggu hewan lain. Dia suka menendang katak kecil dan menginjak buntut tikus.
“Semoga suatu hari nanti kamu akan kehilangan
kakimu dan pada saat itu akan menertawakanmu sambil berguling-guling di tanah”,
ujar tikus kesal karena selalu menjadi sasaran keisengan ular. Ular hanya
tertawa sambil meleletkan lidahnya.
“Burung unta juga memiliki kaki yang indah, tetapi
dia tidak jahat seperti kamu”, timpal katak dari dalam sumur, dia baru saja
jatuh kesana karena ditendang ular. Lagi-lagi ular meleletkan lidahnya untuk
mengejek.
“Semoga nanti juga kamu akan kehilangan lidahmu”,
tambah tikus sambil berlari menjauh karena takut diinjak oleh ular yang marah
mendengar perkataannya.
Ketika berjalan-jalan dipadang rumput, ular
bertemu burung unta. Setelah saling mengagumi kaki satu sama lain, ular membuka
pembicaraan.
“Kamu kok tidak pernah menggunakan kakimu?”
“Apa maksudmu? Aku menggunakan kakiku ketika
berjalan dan berlari”
“Bukan itu maksudku. Kaki kan gunanya untuk
menginjak dan menendang”
“Oh aku tidak menggunakan kakiku untuk melakukan
hal-hal seperti itu karena itu sangat jahat sekali”
“Sayang sekali jika kaki seindah itu hanya kamu
gunakan untuk berjalan dan berlari”
“Sesuatu itu akan terlihat indah karena kita
mengunakannya untuk hal-hal yang baik, sesuatu itu akan terlihat jelek jika
digunakan untuk hal-hal yang jahat”
“Berhentilah berkotbah. Suatu saat nanti aku akan
mencuri kakimu saat kamu lengah supaya aku bisa memiliki empat kaki yang indah
yang bisa kugunakan untuk bersenang-senang”, ledek ular. Burung unta menjadi khawatir
mendengar perkataan ular barusan. Memiliki dua kaki saja dia sudah cukup jahat,
apalagi kalau memiliki empat kaki, dia bisa lebih jahat lagi.
Pada suatu hari, ular mengalami kecelakaan. Dia
jatuh dari pohon dan kakinya patah sehingga harus diamputasi.
“Kalau sudah diamputasi, apakah kakiku akan tumbuh
lagi?”, tanya ular kepada burung hantu yang merawatnya.
“Kalau misalnya sudah tumbuh lagi, apakah kau
masih akan menginjak buntut tikus dan menendang katak?”, burung hantu balik
bertanya.
“Tentu saja. Kamu tidak tau betapa menyenangkannya
menganggu binatang-binatang kecil dengan kakimu”
Burung hantu menghela nafas kecewa mendangar
jawaban ular. “Sayang sekali, kakimu tidak bisa tumbuh lagi”
“Tetapi ekor cicak bisa tumbuh lagi”
“Oh, cicak tidak pernah menganggu binatang lain
dengan ekornya”
“Terus bagaimana dengan kakiku?”
“Sepertinya kamu lebih baik hidup tanpa kaki
karena kamu tidak tau bagimana mengunakan milikmu dengan sebaik-baiknya”.
Begitulah, akhirnya ular hidup tanpa kaki. Setiap
bertemu tikus dan katak dia akan langsung melahap mereka karena dia tidak akan
bisa menahan malu kalau mereka menertawakannya.
Begitu juga ketika bertemu dengan burung unta,
burung unta akan langsung menginjak-injak ular karena merasa curiga ular akan
mencuri kakinya seperti ancamannya dulu. Setelah kehilangan kakinya, ular juga
menjadi sering menggerakkan lidahnya keluar masuk mulutnya dengan tujuan agar
tikus tau bahwa meskipun dia sudah kehilangan kakinya tetapi dia tidak
kehilangan lidahnya seperti harapan tikus dulu. Jadi jika kamu bertemu ular di jalan,
jangan dekat-dekat ya. Siapa tau dia berniat mencuri kakimu.