Pages

Subscribe:

Labels

Monday, 24 February 2014

Selamat Ulang Tahun, Kirana



Catatan : Cerita ini sudah pernah dimuat di Kompas Minggu, 18 April 2010

Pagi yang sangat cerah, matahari bersinar hangat bersaing dengan cerahnya wajah dan hangatnya hati Kirana. Kirana memang sedang riang sekali, minggu depan dia akan merayakan ulangnya yang ke delapan. Sambil bernyanyi-nyanyi kecil, dia melangkah masuk kedalam kelas 3B. Kemudian Kirana menyapa semua teman-teman sekelasnya satu persatu, bahkan papan tulis dan lemari buku ikut disapa saking hatinya sedang berbunga-bunga.

”Wah, ulang tahunmu tinggal seminggu lagi lho”. Patricia teman sebangkunya yang berambut keriwil menyambutnya ketika Kirana meletakkan tasnya diatas meja.
Kirana mengangguk.
”Aku sudah terbayang pesta ulang tahun yang meriah. Makanan yang enak, minuman yang segar, kado-kado cantik”, goda Patricia.
Kirana hanya tersenyum simpul. Kemudian dia maju kedepan kelas dan mengedarkan pandangannya kepenjuru ruangan.

”Teman-teman sekalian...”, Kirana membuka pidatonya. ”Minggu depan Kirana akan merayakan ulang tahun yang ke delapan. Jadi Kirana ingin mengundang teman-teman sekalian untuk datang kerumah Kirana”.
”Horeeeeee....”, seisi kelas langsung heboh bersorak-sorak, padahal Kirana hanya menyuruh mereka datang, belum tentu disuruh makan. Untung Bu Jamilah, guru jam pelajaran pertama belum datang karena beliau tidak suka kalau siswa-siswa berteriak-teriak didalam kelas.

Ulang Tahun Kirana akan dirayakan besok lusa. Seharusnya Kirana ceria seperti lima hari yang lalu. Tetapi entah kenapa sejak sampai dikelas tadi pagi, mukanya murung, sedikit cemberut seperti hendak menangis.
Tentu saja teman-teman sekelas Kirana agak bingung dan kaget. Padahal biasanya Kirana selalu ceria, lincah dan sekali-sekali jahil.

”Kamu kenapa?”, tanya Patricia yang duduk disebelah Kirana. Kirana diam saja.
”Aduh kamu jawab dong, jangan diam saja”. Kirana tetap diam seribu bahasa.
”Kamu sakit?”, tebak Patricia. Kirana menggeleng.
”Lagi marahan sama seseorang?”. Lagi-lagi Kirana menggeleng.
”Kucingmu kabur lagi?”. Kirana masih menggeleng.
”Kamu salah makan obat?”. Tiba-tiba air mata Kirana menetes membasahi pipinya.
”Jadi benar kamu salah makan obat?”, tanya Patricia lagi, kali ini dengan nada panik..
Mau tidak mau, Kirana tersenyum geli mendengar ucapan konyol Karina barusan.

”Ih, nangis kok sambil senyum-senyum”, ledek Patricia. ”Jadi benar kamu salah makan obat?”.
”Bukan!”, jerit Kirana pelan sambil mencubit pinggang Patricia gemas.
”Lalu kenapa?”.

Setelah terdiam sejenak, Kirana mulai mau bicara, ”Besok lusa kan aku ulang tahun. Teman-teman sekelas kita akan datang dan Mama sudah pesan kue tart yang gede dan makanan-makanan kecil, juga minuman”.
”Lho, masalahnya apa dong?”, ujar Patricia bingung.
”Kemarin sore aku nonton liputan tentang anak-anak Panti Asuhan di TV.”.
’Lalu?”
”Aku jadi ingin merayakan ulang tahunku di Panti Asuhan bersama mereka”. Suara Kirana terdengar bergetar. Matanya juga mulai berkaca-kaca lagi..
”Mama Papa kamu tidak setuju ya?”, tanya Patricia.
”Mereka setuju, bahkan mendukung”.
”Ya ampun, Kirana. Jadi masalahnya apa dong?. Aku jadi bingung”. Patricia mulai geregetan.
”Bagaimana aku akan menjelaskannya kepada teman-teman kelas 3B?. Mereka pasti tidak akan mau diajak merayakan ulang tahun di Panti Asuhan. Mereka akan menertawai dan meledek pesta ulang tahunku”.
”Memangnya kamu sudah ngomong sama teman-teman?”. Patricia bertanya lagi.
Kirana menggeleng.
”Kamu kok sudah pesimis dulu, padahal belum mencoba?”.  Kirana terdiam.

”Coba kamu ngomong sama mereka sekarang”,  tantang Patricia. Kirana mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan kelas 3B. Semua teman-temannya sedang sibuk dengan urusan masing-masing seperti biasa, menunggu guru jam pelajaran pertama yang akan datang kira-kira sepuluh menit lagi. Kirana kemudian berdiri dan...

”Teman-teman, besok lusa kan aku ulang tahun”.
”Sudah tau....”, seru seisi kelas 3B serentak.
”Maaf ya, sepertinya ada sedikit perubahan. Aku berencana mau merayakan ulang tahunku di Panti Asuhan, bukan dirumah seperti rencana semula”.
Semua anak-anak kelas 3B langsung terdiam memandangi Kirana. Kirana semakin sedih, sepertinya teman-temannya tidak suka dengan rencananya. Kirana menundukkan kepalanya berusaha menyembunyikan airmatanya yang menggenang disudut matanyanya. Dia sudah siap mendengar ledekan dan ejekan teman-teman sekelasnya. Tetapi...

”Aku boleh sekalian bawa mainanku yang sudah tidak aku pakai lagi nggak?. Untuk disumbangin ke anak-anak Panti Asuhan lho”. Tiba-tiba terdengar suara Yogi. Disusul oleh suara teman-teman yang lain dengan antusias.

”Kalau nyumbang buku bacaan boleh nggak? Soalnya aku enggak punya mainan untuk disumbangkan”
”Aku mau nyumbangin baju aja ah, lemariku udah terlalu penuh”, seru Winda yang berkacamata.
”Nanti disana aku boleh nyanyi nggak?”, tanya Anggun penuh harap.
”Kalau aku mau mengajak mereka senam pagi”, timpal Rafael.
”Nanti disana nonton film Kungfu Panda yuk. Aku bawain DVD-nya deh”. Tak ketinggalan Ridho menawarkan diri.
”Aku boleh bawa adikku nggak? Dia belum pernah berkunjung ke Panti Asuhan lho”. Andini menatap Kirana minta persetujuan. Anak-anak yang lain juga ikut-ikutan ramai membicarakan rencana mereka di Panti Asuhan nanti.

Kirana menatap wajah-wajah teman sekelasnya dengan pandangan tidak percaya. Ternyata teman-temannya tidak keberatan dengan rencana perayaan ulang tahunnya di Panti Asuhan. Mereka bahkan antusias sekali. Kali ini Kirana benar-benar menangis, tetapi menangis karena bahagia.