Pages

Subscribe:

Labels

Saturday 26 September 2015

Butuh Hewan Peliharaan Yang Tak Merepotkan



Begitu meletakkan tas di atas meja di kamarnya, Andi langsung berlari ke dapur menghampiri Mama yang sedang sibuk membersihkan kompor.

“Ma, aku ingin Sugar Glider,” seru Andi sambil terengah-engah.
“Iya, nanti kita beli,” jawab Mama lembut.
“Bener, Ma?”
“Bener. Tapi makannya jangan banyak-banyak ya, nanti gigi kamu berlubang”

Andi mengernyitkan keningnya bingung, tapi kemudian cuek saja. “Nanti kita beli tiga ekor ya, Ma”

Kali ini giliran Mama yang mengernyitkan keningnya.
“Tiga ekor? Maksudmu tiga buah?”
“Bukan, Ma. Tiga ekor. Kan Sugar Glider itu binatang, jadi dihitung pakai ekor, bukan pakai buah”
“Binatang?”, Mama mendadak kaget. “Mama pikir tadi Sugar Glider itu nama buah atau nama permen”
“Yahhh, Mama. Masak nggak tau Sugar Glider?”
“Jadi maksudmu, kamu mau memelihara Sugar Glider?”.
 Andi mengangguk mantap.
“Boleh ya, Ma?” tanya Andi penuh harap. Mama tidak langsung menjawab.
“Mama perlu tau dulu  Sugar Glider itu seperti apa,” kata Mama dengan tegas. Andi terdiam, tidak berani membantah.

“Andi...”, teriak Mama dari depan laptop-nya. Andi berlari tergopoh-gopoh dari dalam kamar menghampiri Mama di ruang tengah.
“Iya, Ma. Ada apa?”
“Kamu mau memelihara tikus?”. Mama tampak kegelian melihat foto-foto Sugar Glider di layar laptop. Ternyata Mama mencari informasi mengenai Super Glider lewat Google.

“Kok tikus sih, Ma? Beda dong, yang ini tampangnya unyu-unyu”
“Apa itu unyu-unyu?”
“Menggemaskan, Ma”
“Memangnya Sugar Glide bisa dipelihara manusia? Bukannya harus hidup bebas?”
“Bisa Ma. Teman-teman Andi banyak yang sudah memelihara. Badannya kecil, bisa masuk saku”
“Ihhhh...”, Mama menggigil kegelian.
“Boleh ya, Ma?”
“Jangan asal boleh. Kita harus  lihat dulu bagaimana cara memeliharanya”.
Mama lalu mengetik sesuatu. Kemudian Mama dan Andi serius membaca di layar laptop.

“Makannya buah, sayur dan kacang-kacangan, Ma. Andi pikir Sugar Glider makan gula”, guman Andi, lalu lanjut membaca lagi.

“Wow,  jenis makanannya juga harus ganti-ganti setiap hari mengikuti selera makan Sugar Glider yang tak tentu”, seru Andi lagi. Tetapi kali ini nada suaranya sudah tidak  seriang tadi.

“Saat melatih Sugar Glider agar akrab dengan pemiliknya, badan pemiliknya akan sering baret-baret karena  kuku Sugar Glider runcing saat memanjat-manjat tubuh pemiliknya”, kali ini Mama yang membaca dengan suara yang sengaja dibuat terdengar jelas. Andi  diam saja. Dia sudah kehilangan minat.

“Ternyata memelihara Sugar Glider repot ya, Ma”, gumannya pelan.
“Bukan hanya memelihara Super Glider yang repot, tetapi hampir semua binatang peliharaan. Memiliki hewan peliharaan itu bukan asal memiliki saja, tetapi harus bertanggung jawab. Mulai dari mempelajari cara memeliharanya, menjaga makanannya, menjaga kesehatannya dan lain-lain”, ujar Mama sambil tersenyum.

“Untung kita belum beli ya, Ma”. Andi menarik nafas lega.
“Makanya, sebelum memutuskan untuk membeli atau memiliki sesuatu harus mencari informasi dulu apakah kita benar-benar menginginkannya atau membutuhkannya. Yang paling penting lagi, apakah kita mampu dan siap? Jangan cuma sekedar ikut-ikutan saja”, nasehat Mama. Andi tersenyum malu.

“Andi mau peliharaan yang praktis saja. Apa ya kira-kira?,” celutuk Andi sambil kembali ke kamarnya. Mama hanya menggeleng-geleng kepalanya.

Sepulang sekolah, Andi mendapati Mama  di ruang tengah, sedang menyusun bunga-bunga untuk ditaruh di dalam vas. Mama terseyum menyambut Andi.

“Masih ingin memelihara Sugar Glider”, goda Mama.
“Nggak, Ma. Tetapi Andi sudah memutuskan untuk memelihara apa”, jawab Andi. Mama menoleh penasaran.
“Sekarang kamu ingin memelihara apa?”
“Ada deh”
“Sudah mencari informasinya belum?”
“Sudah, Ma”
“Jadi sudah yakin?”
“Sudah. Nggak merepotkan lho, Ma. Nggak usah dikasih makan dan nggak usah diurusin”. 

Mama memandang Andi dengan serius. “Mama nggak suka lho kalau kamu memelihara sesuatu tetapi tidak peduli dengannya”
“Memang benar, Ma. Peliharaan yang ini praktis, tidak merepotkan”. Mama semakin penasaran.
“Memangnya kamu mau memelihara apa sih?”
“Tuh”, jawab Andi sambil menunjuk ke langit-langit rumah. “Dia bisa mencari makanannya sendiri dan menjaga kesehatannya sendiri”.
Di langit-langit, tampak seekor cicak diam mematung. Sejenak dia menoleh ke arah Andi, lalu ke arah Mama, seperti sedang menguping pembicaraan Mama dan Andi. Kemudian cicak itu merayap cepat ke arah sudut. 

“Dia tau kita sedang membicarakannya”, bisik Mama bercanda. Andi tertawa.