Pages

Subscribe:

Labels

Monday, 24 February 2014

Troy & James



Sore yang tenang. Di kamar, James sedang mematut-matut diri dikaca. Masih memikirkan dan tidak tidak percaya dengan ucapan Devika tadi pagi didalam bus sekolah. 

“Masa aku tidak ganteng seperti Troy. Lagi pula memangnya Troy ganteng?. Blahhhh, hanya orang mabuk yang bilang Troy ganteng. Mungkin Devika juga termasuk orang yang mabuk”, batin James dalam hati sambil masih terus membuat berbagai macam ekspresi di depan kaca,

Setelah bosan membuat ekpresi-ekspresi aneh dan jelek di depan kaca, James berjalan ke arah pintu kamar dan James menjulurkan kepala keluar pintu. Di ruang tengah Troy sedang serius menonton acara TV yang menayangkan seekor induk kijang yang berusaha melindungi bayinya dengan cara menyeruduk kawanan rubah yang hendak memangsa anaknya.

“Ayo hajar. Injak perutnya. Tonjok punggungnya”. Troy berteriak-teriak seperti orang gila. Mana mungkin induk kijang bisa menonjok punggung rubah. Memangnya kijang bisa main tinju?

“Troy, tolong buang sampah didapur ke bak sampah didepan dong. Sudah penuh tuh”. Tiba-tiba terdengar seruan Mama dari arah dapur. Mendengar itu James spontan buru-buru berlari ke meja belajarnya. Menyambar buku dengan asal dari atas meja, kemudian pura-pura sibuk membaca.

“Suruh James aja, Ma. Troy lagi nonton nih, ada acara TV bagus”, jawab Troy sambil masih tetap serius memperhatikan tayangan di TV. Terdengar langkah Mama mendekati kamar. James semakin serius memelototi buku ditangannya, sambil sesekali mulutnya komat-kamit seolah-olah membaca dengan serius. Mama sudah berdiri di belakang dan mengelus rambutnya dengan lembut.

“Tumben sore-sore kamu belajar?”. James pura-pura kaget.
“Eh, Mama. Iya nih, Ma. Besok ada ulangan Sejarah”, jawab James. “Ada apa, Ma?”
“Ah enggak. Ya udah, terusin belajarnya”. Mama tersenyum, kemudian melangkah keluar kamar.

“Troy, adikmu sedang belajar. Kamu deh yang buang sampahnya”. Kembali terdengar suara lembut Mama di ruang tengah.
“Belajar? Sejak kapan dia mau belajar?”, jawab Troy dengan volume suara yang sengaja dibikin kencang, bermaksud menyindir James.
“Troy”, tegur Mama. Selanjutnya Troy terdengar bersungut-sungut sambil menyeret langkah kedapur.
“Troy, Mama nggak mau kamu keluar rumah dengan baju seperti Tarzan. Kamu pake baju yang benar dulu deh”.

James tersenyum sendiri. Troy memang punya kebiasaan hanya memakai celana dalam kalau sedang di rumah. Kalau misalnya tiba-tiba ada tamu, maka dia akan terbirit-birit berlari masuk kamar dan memakai baju yang pantas.Troy masuk kamar dengan langkah dihentak-hentak seperti serdadu perang yang jengkel karena disuruh berangkat ke medan perang pas malam Natal. James bisa merasakan Troy menatap ke arahnya dengan sebal.

“James, kamu tau nggak? Kamu itu kaos kaki yang sudah nggak dicuci tiga minggu. Sarang segala macam penyakit dan bau kaki. Super menyebalkan dan menganggu banget”, omel Troy panjang lebar sambil mengenakan celana pendek bermotif kulit macan. James pura-pura melihat sekeliling, seolah-olah mendengar suara tetapi tidak melihat siapa-siapa.

“Kamu pura-pura belajar kan? Memangnya aku tidak tau kamu dari tadi ngapain. Ngaca-ngaca kayak cewek gatal yang menunggu digoda cowok-cowok”.
Lagi-lagi James melihat sekeliling kamar dengan wajah pura-pura mulai ketakutan.

“Semoga kamu buta benaran!”. Sembur Troy sambil berjalan ke dapur. James tersenyum penuh kemenangan.

Tak lama kemudian terdengar  lagi suara Mama dari arah dapur.
”James, nanti kalau belajarnya sudah selesai tolong beli gula ke warung Pak Ardilla ya”. Dalam hitungan detik, James sudah berada disebelah Mama. Hidungnya mengendus-endus aroma goreng pisang yang berada dalam penggorengan. Tentu saja Mama kaget.

”Lho, katanya sedang belajar?”
”Udah selesai, Ma”.
”Kok cepat banget?”
”Yang penting udah nempel diotak semuanya”. Mama tersenyum, kemudian merogoh saku roknya dan mengambil selembar uang dua puluh ribuan.
”Kalau begitu tolong beli gula sekilo ya”. James mengangguk mantap, kemudian melesat dan hampir menubruk Troy yang masih bersungut-sungut memasuki dapur setelah selesai menunaikan tugasnya membuang sampah.

”Nah, katanya sedang belajar. Kok malah pecicilan kayak cecurut?”, ledek Troy ketika mereka berpapasan di pintu dapur.
”Ngomong deh sama tembok”, balas James sambil berlalu dan berlari keluar rumah. Mama hanya geleng-geleng kepala.
”Tuh kan, Ma. Katanya James sedang belajar. Itu anaknya barusan lari keluar rumah hidup-hidup”, sungut Troy lagi.
”Dia sudah selesai belajar katanya”.
”Sudah selesai belajar? Cepat banget? Emangnya belajar nungging?”
”Troy apa-apa’an sih?”, tegur Mama.
”Abis, tadi waktu disuruh buang sampah ada aja alasannya. Sekarang malah main-main”.
”Dia lagi Mama suruh beli gula ke warung”.
”Oh gitu...”, Troy meringis lucu.
”Makanya, kamu jangan bersungut-sungut aja”.