Catatan : Cerita ini sudah pernah dimuat di Kompas Minggu, 19 Juli 2009
Vino sedang menikmati semangkok bakso kegemarannya dikantin sekolah ketika
Dewo berjalan menghampirinya.
“Vino, kamu punya kakak cowok ya?”. Vino mengangkat kepalanya menatap Dewo, kemudian mengangguk sambil
tersenyum.
“Berapa usianya?”
“Sepuluh tahun”
“Namanya siapa?”
“Bimo”
“Kok dia tidak sekolah disini bersama kamu?”. Vino diam. Bimo memang sekolah, tetapi disekolah khusus, bukan disekolah
biasa seperti sekolah Vino.
“Katanya dia tidak normal ya?”. Vino terkejut, dia menatap Dewo tajam.
“Yang aku dengar katanya dia tidak bisa berjalan. Benar nggak?”. Vino tidak
menjawab.
“Pasti sangat merepotkan sekali punya kakak seperti itu”
“Ah, tidak merepotkan kok”, bantah Vino pelan.
“Tetapi kan tidak asyik punya kakak seperti itu. Tidak bisa diajak main
bola, naik sepeda atau jalan-jalan”. Vino menunduk, dia sudah tidak selera
menghabiskan sisa bakso didalam mangkok didepannya.
“Kalau kakakku Gupta, dia jago main basket. Aku kalah melulu kalau
bertanding melawan dia. Dia juga jago main skateboard”, lanjut
Dewo.
“Maaf ya, Dewo. Aku mau balik ke kelas dulu”, ujar Vino sopan sambil
berjalan meninggalkan kantin.
“Kapan-kapan kamu datang kerumahku deh, biar kamu lihat betapa menyenangkan
punya kakak yang normal”. Vino masih sempat mendengar seruan Dewo dari belakang ketika dia melewati
pintu kantin menuju keluar.
Bimo memang ada kelainan pada tulang kakinya sehingga dia tidak bisa
berjalan sejak lahir. Selama ini dia duduk dikursi roda yang bisa dia gerakkan sendiri pakai tangan. Jadi tidak benar
kalau Dewo mengatakan punya kakak seperti Bimo sangat merepotkan. Bimo memang tidak bisa main basket, tetapi dia sangat jago main piano,
gitar dan catur. Dia sering memainkan piano ketika
Vino sedang bernyanyi yang membuat Vino makin semangat bernyanyi.
Kata Mama, Tuhan itu Maha Adil. Meski Bimo tidak bisa berjalan, tetapi
Tuhan memberi Bimo kelebihan dalam bidang musik. Semua lagu bisa dimainkan Bimo
dengan piano, mulai dari lagu Judika sampai lagu
Justin
Bieber. Bahkan bulan lalu di perayaan tujuh belasan kompleks perumahan mereka, Bimo mendapat tepuk tangan yang luar
biasa meriah karena menyanyikan lagu The
A Team-nya Ed Sheeran sambil main
gitar dengan sangat bagus sekali.
Sore ini sehabis mandi, seperti biasa Vino mendorong kursi roda Bimo ke taman dekat kompleks perumahan tempat tinggal mereka. Mereka berdua sedang
berjalan-jalan menikmati udara sore yang sejuk. Ketika sedang asyik ngobrol, tiba-tiba dilapangan pojok tampak Dewo dan
beberapa temannya sedang main bola. Dengan sigap, Vino langsung mendorong kursi roda Bimo berbalik arah untuk
menghindari Dewo.
“Lho, kok tiba-tiba balik kanan?”, seru Bimo kaget campur bingung.
“Kita balik arah saja, disana ada anak-anak sedang main bola. Nanti kita
bisa kena bola”, sahut Vino mencari alasan. Tetapi terlambat, Dewo sudah melihat Vino dan Bimo.
“Vino, tunggu!!!”, teriak Dewo dari kejauhan. Dengan segera dia berlari
menghampiri keduanya. Ketika sudah berada didekat mereka, Dewo memperhatikan Bimo dengan serius.
Sementara Vino sudah bersiap memukul Dewo seandainya Dewo mengucapkan kata-kata
yang bisa menyakiti hati Bimo. Tetapi Dewo malah tersenyum ramah sambil menepuk
bahu Vino.
“Ini kak Bimo ya?”. Vino
mengangguk ragu-ragu, tangannya masih terkepal.
“Kakakmu hebat! Kata kak Gupta, kak Bimo ini sering menang catur ya. Terus,
pernah muncul di TV juga karena jago main piano”. Vino menatap Bimo, wajah Bimo
tampak sangat tulus mengucapkan pujiannya barusan untuk Bimo. Sementara Bimo
garuk-garuk kepala salah tingkah sambil tersenyum malu-malu.
“Ah, kakakmu Gupta juga hebat. Dia jago main basket dan skateboard
kan?”, ujar Bimo sambil tersenyum.
“Iya dia memang jago, tetapi tidak pernah menang kalau ikut lomba. Cuma
jago kalau bertanding melawan aku saja”. Ketiganya tertawa mendengar gurauan Dewo tentang kakaknya.
“Eh, gantian dong. Aku juga ingin mendorong kursi roda kak Bimo”, seru Dewo
kepada Vino. Vino dengan senang hati mempersilahkan. Sambil mendorong kursi roda Bimo, Dewo berbisik kepada Vino.
“Vino, maaf ya kata-kataku minggu lalu dikantin. Ternyata aku
salah duga tentang kak Bimo”. Vino tersenyum ceria, seceria suasana taman di sore itu.





